Tangani Corona, Malaysia Anggarkan Rp928 T, Sedangkan Indonesia Cuma Segini! Said Didu Sindir Pembangunan Ibukota Baru

Mantan Sekretaris Kementerian BUMN Said Didu mengkritik keras soal alokasi dana penanganan virus corona atau Covid-19 yang diumumkan pemerintah beberapa waktu lalu.

Seperti diketahui, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengumumkan besaran anggaran yang dialokasikan untuk penanganan wabah corona yakni sebesar Rp62 triliun.

Sponsored Ad

Said Didu membandingkan besaran alokasi dana yang digelontorkan negara Malaysia yang jumlahnya jauh lebih besar untuk penanganan corona di negara itu.

Paket stimulus yang diberi nama Paket Prihatin, diumumkan oleh Perdana Menteri Malaysia Muhyiddin Yassin pada Jumat (27/3).

Melalui stimulus ini, pemerintah Malaysia mengalokasikan 250 miliar Ringgit Malaysia (RM) atau setara Rp 929,5 triliun (asumsi kurs Rp 3.178 per RM).

Said Didu menyoroti jumlah penduduk Malaysia yang lebih kecil dari penduduk Indonesia namun pemerintahnya dinilai serius dalam penanganan corona.

Sponsored Ad

Ia juga menyindir masalah pembangunan ibu kota baru oleh Presiden Joko Widodo.

"Penduduk Malaysia sktr 33 juta, siapkan bantuan ekonomi utk rakyatnya Rp 928 trilyun," tulis Said Didu di akun Twitternya, dikutip Warta Kota pada Sabtu (28/3/2020).

Sponsored Ad

"Indonesia dg penduduk sktr 260 juta siapkan dana penanganan corona hanya sktr Rp 60 trilyun tapi tetap ngotot keluarkan uang utk bangun Ibu Kota baru," tambahnya.

Berita dari Negeri Jiran itu memang sedang menjadi topik pembicaraan hangat di jagad media sosial.

Sebelumnya, dikutip Warta Kota dari Kontan.co.id, Presiden Joko Widodo meminta agar APBN 2020 mengambil peranan dalam mempersiapkan penanganan virus corona alias Covid-19 di Indonesia.

Sponsored Ad

Jokowi meminta agar APBN saat ini diprioritaskan untuk pertama, mendukung penanganan kesehatan di tengah wabah Covid-19.

Kedua, memberi perlindungan pada perekonomian masyarakat terutama kelompok bawah melalui penguatan jaring pengaman sosial (social safety net).

Ketiga, mendukung dunia usaha agar mampu melalui masa sulit ini melalui relaksasi dan insentif.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, ia telah mengidentifikasi anggaran dalam APBN 2020 sebesar Rp 62,3 triliun yang bisa direalokasikan untuk prioritas-prioritas yang disebutkan Presiden tadi.

Sponsored Ad

Ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya yang maksimal hanya Rp 10 triliun.

“Ini berasal dari belanja kementerian dan lembaga, termasuk belanja perjalanan dinas, belanja barang non operasional, honor-honor, dana yang diblokir, dan output cadangan," tutur Sri Mulyani dalam konferensi pers usai ratas bersama Presiden, Jumat (20/3).

Kementerian dan lembaga akan melakukan penyesuaian belanja untuk prioritas,” lanjut Sri Mulyani

IDI ancam mogok

Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis yang menangani pasien virus corona sangat penting.

Sponsored Ad

Pasalnya tenaga medis yang paling rawan terpapar virus corona.

Di mana tenaga medis merupakan sebagai garda terdepan menangani pasien virus corona

Karena itu, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan organisasi profesi medis lainnya meminta pemerintah menjamin ketersedian alat pelindung diri (APD).

Pasalnya, dilansir dari TribunJakarta, APD sangat penting bagi para tenaga medis, baik itu dokter maupun perawat yang menangani pasien terkait virus corona (Covid-19).

Sponsored Ad

"Setiap tenaga kesehatan berisiko untuk tertular Covid-19. Maka, kami meminta terjaminnya APD yang sesuai untuk setiap tenaga kesehatan," demikian isi surat pernyataan yang diteken oleh Ketua IDI Daeng M Faqih, Jumat (27/3/2020).

Jika permintaan ini tak dipenuhi, IDI mengancam bakal mogok melakukan penanganan terhadap pasien terkait virus corona

"Bila ini tidak dipenuhi maka kami meminta kepada anggota profesi kami untuk sementara tidak ikut melakukan perawatan penanganan pasien Covid-19 demi melindungi dan menjaga keselamatan sejawat," tulisnya.

Sponsored Ad

Ancaman ini bukan tanpa alasan, jika petugas medis itu terpapar corona, ada kemungkinan dia akan menularkan pada rekan seprofesinya hingga menyebabkan pelayanan terhadap pasien terganggu.

"Jumlah tenaga kesehatan yang terjangkit Covid-19 semakin meningkat bahkan sebagian meninggal dunia," katanya

"Karena sejawat yang tertular Covid-19, selain akan jatuh sakit, akan berdampak pada terhentinya pelayanan penanganan kepada pasien serta dapat menularkan kepada pasien," tambah Faqih.

Sponsored Ad

Tenaga medis saat ini memang menjadi pihak yang paling rentang terpapar virus corona

Pasalnya, saban hari mereka harus berhadapan langsung dengan virus asal Wuhan, Tiongkok itu.

Sampai dengan Kamis (26/3/2020) kemarin, Pemprov DKI melaporkan, setidaknya 50 orang tenaga medis di ibu kota terpapar corona

Minim APD

Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PP PPNI) Harif Fadhillah mengatakan, tidak sedikit perawat di fasilitas kesehatan mengeluh tentang minimnya ketersediaan alat pelindung diri ( APD) dalam menghadapi wabah Covid-19.

Keluhan ini, lanjut Harif, tetap datang dari para perawat meskipun pemerintah telah menyediakan sekaligus mendistribusikan APD ke seluruh provinsi di Indonesia

"Faktanya di rumah sakit swasta, klinik, puskesmas, mereka juga melayani, mereka juga membutuhkan (APD)," kata Harif setelah menerima bantuan APD dari DPP ( PKS), sebagaimana dikutip dari keterangan tertulis, Kamis (26/3/2020).

Namun, komitmen para perawat tersebut harus diimbangi pula dengan komitmen pemerintah di dalam menyediakan APD.

Ini agar perawat bekerja maksimal. "Karena faktor keamanan ini number one, nol toleransi. Supaya bisa bertempur, supaya tidak mati konyol melayani pasien," ujar dia


Sumber: TribunNews

Kamu Mungkin Suka