Sujud Cium Kaki, Diseret dan Dibohongi Petugas Covid-19, Perjuangan Keluarga Andi di Makassar Jadi Perbincangan se Indonesia!

Beberapa hari belakangan ini viral video keluarga pasien jenazah Nurhayani Abram, di Makassar Sulasewi Selatan tidak terima almarhumah dimakamkan dengan protokol Covid-19. Sampai keluarga almarhumah sujud cium kaki petugas Covid-19

Dalam video yang beredar, anak almarhumah meronta-ronta dan menjerit serta menghalangi jenazah ibunya dimakamkan dengan protokol Covid-19. Sampai-sampai saat jenazah sudah masuk di ambulance, putri almarhumah menghalangi dengan naik ke kap mobil sambi memohon sangat petugas tidak memakamkan almarhumah ke pemakaman khusus Covid-19.

Sponsored Ad

Getir dan sedih bercampur duka dirasakan keluarga almarhumah Nurhayati Abram. Putri amarhumah, Andi Esa Abram dan suami almarhumah, Andi Baso Ryadi Mappasulle mengungkapkan bagaimana alotnya memohon agar jenazah ibu dan istri tersebut untuk di bawa ke pemakaman biasa. Almarhumah Nurhayani Abram divonis sebagai PDP, sedangkan keluarga membuktikan orang tercinta mereka meninggal karena stroke yang disebabkan pembuluh datah pecah di otak sebelah kanan.

Sponsored Ad

Hasil tes swab Nurhayati Abram keluar pada 22 Mei dan sepekan kemudian, 29 Mei 2020, Nurhayati meninggal dunia

Berikut ini curahan hari putri almarhumah yang merasakan sakit dengan petugas Covid-19.

Sujud cium kaki petugas

Setelah ibunya meninggal dunia, Andi Esa dan papanya di ruangan IGD Rumah Sakit Bhayangkara Makassar, memohon dengan sangat kepada petugas dan tim Gugus Tugas Covid-19 agar keluarga bisa membawa jenazah almarhumah pulang ke kampung mereka untuk dimakamkan secara normal. Namun tim Gugus Tugas bersikeras menolak permintaan keluarga.

Sponsored Ad

Saking memohonnya, Andi Esa mengungkapkan sampai papanya memohon total , yaitu sujud cium kaki petugas Covid-19

“Pada akhirnya Etta (papa) saya bersujud mencium sepatu pimpinan tim gugus untuk memohon tetapi mereka tetap menolak,” tulis Andi Esa dalam postingan di akun Facebooknya dikutip Jumat 5 Juni 2020.

Sponsored Ad

Malah dibohongi

Keluarga terus menerus memohon kepada tim Gugus Tugas, kemudian Andi Esa menuliskan, tim Gugus Tugas membujuk keluarga untuk memusyawarahkan dengan baik-baik. Dalam perbincangan itu, tim medis menyampaikan akan mengafankan almarhumah.

Selain itu, salah satu dokter yang dihormati di IGD, panggilannya Pak Haji, menjanjikan akan mensalatkan jenazah almarhumah dan janji juga tak memasukkan jenazah ke dalam peti. Dokter Pak Haji itu, tulis Andi Esa, juga bakal menunggu Andi Baso kembali ke IGD untuk salat jenazah almarhumah bersama-sama.

Sponsored Ad

Papa Andi Esa pun akhirnya melunak, tak ngotot seperti semula. Andi Baso terbujuk untuk keluar dari IGD untuk berdiskusi lanjut dengan tim Gugus Tugas. Namun nyatanya, tulis Andi Esa, keluarga dibohongi.

“Semua itu bohong. Saat Etta keluar (IGD), tinggallah saya dan para tim medis, mereka mulai melakukan proses pengkafanan dan ternyata ummi hanya di-tayammum, diperlakukan seperti jenazah Covid disemprot disinfektan. Setelah dikafankan mereka mau memasukkan ummi ke dalam peti, saya pun menolak, bukan itu perjanjian di awal,” jelas Andi Esa.

Sponsored Ad

Diseret dan disekap

Sikap Andi Esa yang berontak dan menolak jenazah ibunya diperlakukan dengan protal Covid-19. Namun Andi Esa mengaku kalah kuat dengan jumlah banyak petugas menghalanginya mendekati jenazah almarhumah.

“Saya mencoba berlari ke peti tapi usaha saya sia-sia, tenaga saya kalah saya disekap tidak bisa bergerak, malah saya terseret jatuh ke lantai dan baju saya ditarik. Mereka mulai melakukan sholat jenazah tanpa menunggu Etta saya. Mereka membohongi kami. Mereka pun membawa peti tersebut sambil lari-lari dan saya dihalangi untuk mendekat saya terseret seret mengejar peti itu, saya berusaha bangun dan kembali berlari namun tetap dihalangi lagi,” tulis Andi Esa.

Sponsored Ad

Sedangkan Andi Baso ternyata disekap dihalangi masuk ke IGD.

Blokade ambulance

Penolakan keluarga almarhumah makin menjadi-jadi. Setelah jenazah masuk ambulance, Andi Baso pun tak kurang akal. Dia menghalangi mobil ambulance dengan telentang di bawah mobil.

Sedangkan Andi Esa menaiki kap ambulance dengan berteriak diiringi tangis. Harapannya, tim Gugus Tugas menerima permintaan mereka.

Sponsored Ad

“Tetapi sekali lagi saya dikelitik diseret jatuh ke tanah oleh petugas. Akhirnya mereka berhasil membawa ummi, mereka melaju dengan cepat,” tulisnya.

Kejar bermotor bonceng 4 orang

Keluarga Andi Baso tak menyerah. Begitu mobil ambulance melaju ke pemakaman, dengan motor N-max membonceng Andi Esa dan dua adiknya serta, Adel dan Alya, untuk mengejar mobil jenazah.

Sponsored Ad

Sampailah mereka di pemakaman. Namun lagi-lagi prosedur ketat berlaku. Andi Baso dan ketiga putrinya tak diizinkan mendekati jenazah untukk menguburkan istri dan ibu mereka.

“Mereka sungguh tidak ada hati nurani, mereka menguburkan jenazah yang jelas-jelas bukan Covid di penguburan khusus covid dan mempetikannya, Astaghfirullah,” katanya di postingan Facebook-nya.

Keluarga dibiarkan saja

Setelah pemakaman selesai, petugas dan tim Gugus Tugas membiarkan Andi Baso dan putri-putrinya. Andi Esa pun heran tak ada sepatah kata atau ucapan dari petugas kepada keluarga almarhumah, termasuk kepada dirinya yang di rumah sakit meronta-ronta berlawanan dengan petugas.


Minta pemindahan jenazah

Rasa tak terima keluarga Andi Baso tak sampai di situ saja. Belakangan keluarga meminta agar jenazah almarhumah dipindahkan. Alasan mereka tegas, hasil tes terakhir almarhumah negatif Covid-19.

Diberitakan tvOne, Andi Baso belum lama ini mendatangi Posko tim Gugus Tugas di Sulawesi selatan untukk mengantarkan surat permohonan pemindahan jenazah almarhumah ke pemakaman keluarga di Kabupaten Bulukumba.

Namun permohonan itu ditolak tim Gugus Tugas. Asisten Operasi Tim Gugus Tugas Covid-19 Sulawesi Selatan, Kolonel Infantri Eden Chandra mengatakan belum bisa mengabulkan permintaan dari keluarga jenazah. Karena menurut dia, mengantisipasi jangan sampai akan menimbulkan permasalahan baru dan penanganannya nanti menyulitkan.

“Jadi kita bukan untuk melarang, tidak. Tapi kita lihat dulu perkembangan penyebaran Covid-19 bagaimana, nanti juga akan ada kebijakan baru dari pemerintah untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan,” kata dia


Sumber: hops

Kamu Mungkin Suka